Depression - New person
Pada akhirnya ini semua adalah kebohongan belaka untuk
menutupi semua hal yang tidak diinginkan. Kau dengan sengaja mengatakan bahwa
kau membutuhkannya padahal akhinya kau hanya mempermainkannya untuk memperoleh
hal-hal yang kau inginkan. Saat dia siap meninggalkan mu, kau dengan bangganya
mengatakan bahwa dia hanya bercanda dan jika kenyataan itu benar adanya kau
bahkan tidak peduli dengan hal itu.
Sungguh suatau kebanggaan ya? Aku juga mau
seperti itu, bolehkah? Aku ingin merasakan apa rasanya mempermainkan orang
lain, mengombang-ambingkan perasaannya dengan mudahnya. Aku ingin mencoba hal
itu, berkali-kali. Aku tidak mau melakukannya hanya satu kali, karena aku tau
kau sudah melakukannya beberapa kali yang bisa disebut dengan berkali-kali.
Kau
bangga dengan hal itu? Wah. Sungguh suatu hal yang patut diapresiasi. Kau tidak
perlu menutup-nutupinya. Aku tahu kau sudah melakukannya. Percuma. Kau tidak
akan bisa melarang ku untuk tidak tahu. Percuma. Untuk kesekian kalinya.
Bertahan adalah hal yang sangat bodoh , sangat-sangat bodoh. Tolong lah ya.
Oh
iya, maaf, aku lupa bahwa kau juga manusia. Hahaha. Kau terlalu sering
membuatku melupakan dunia. Hehe. Eh tunggu, apakah aku yang salah di sini?
Sepertinya memang aku yang salah di sini. Ah, aku kelewatan batas, lagi. Kenapa
belakangan ini aku sering lupa batas ya. Duh! Kebiasaan. Maaf, maaf, kelupaan.
Apa perlu aku mencari pelarian lagi? Atau aku perlu menelan mentah-mentah
perhatian dari orang-orang yang bahkan aku tidak tahu? Apa perlu aku menarik
mereka semua? Aku hanya perlu melakukan hal yang kau lakukan bukan?
Sungguh
suatu hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Dengan sedikit pengorbanan, aku
bisa melarikan diri dari pikiran jahat ini. Aku bisa sedikit menghibur diriku.
Walau sebentar. Walau palsu. Walau hanya kebohongan. Aku bisa melakukannya. Kau
perlu melihatnya. Apa perlu kulakukan di hadapanmu? Di depan matamu? Agar kau
melihat siapa aku. Kau cukup melihatnya, kau tidak perlu melakukan apa
pun. Lihat saja. Lihat. Aku sudah muak dengan perlakuan mu. Aku bosan menghadapi
tingkah lakumu yang sengaja perlahan menghancurkan ku.
Tolong. Aku juga
manusia sama seperti mu. Apa kau juga melupakan bahwa aku ini juga manusia?
Tolong. Apakah rantai itu sudah terbentuk? Atau benang merah? Apakah mereka
sudah ada? Apakah sudah ada? Apakah sudah terikat? Apakah sudah membelenggu?
Pertanyaan itu terngiang di kepalaku. Untuk saat ini. Aku sengaja memunculkan
mereka.
Ya, tentu saja. Hanya milikku yang bisa ku atur dengan leluasa. Aku
mau. Aku bisa. Aku bisa jika aku mau. Kau mau? Kau bisa melakukannya sendiri.
Jangan paksa aku membantu mu. Aku tidak akan kuat membantu orang jahat
seperti mu. Tolong lah. Jadi bagaimana? Sepertinya aku akan pergi mulai
sekarang. Aku menyerahkan semuanya untukmu. Silahkan kau nikmati hasil jerih
payahmu selama ini. Kau bisa memilikinya. Ambil saja. Pergunakan untuk kehidupan mu. Agar kau bahagia, pergunakan sesukamu.
Terimakasih atas semunya.
Segalanya.
Komentar